Ketika itu, jika ditanya ingin berada di jenjang mana, saya memang tidak menjawab secara eksplisit. Saya tidak terlalu berharap banyak untuk ditempatkan di jenjang mana pun karena pengalaman terhadap bidang pendidikan ini sangat sedikit. Saya hanya mempunyai firasat kemungkinan ditempatkan di jenjang kelas berapa. Dan sesuai dengan hadist bahwa Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya, mungkin karena perasaan saya yang sudah condong pada salah satu jenjang hingga Allah pun memberikan secara nyata pada saya :')
Setelah acara Welcome Parent (WP) yang diadakan tiap jenjang dan jenjang kelas 3 dilakukan tanggal 15 Juni 2014, resmi sehari setelah WP, saya telah masuk ke dalam jenjang baru kelas 1 untuk satu tahun ke depan insya Allah. Dilanjutkan dengan agenda rapat kerja untuk pemaparan program/agenda pembelajaran masing-masing jenjang dengan segala aktifitas afirmasi kelas (menghias kelas) untuk menambah semangat siswa di kelas baru mereka terutama bagi siswa kelas 1.
Masih ada pembekalan juga dari yayasan Ukhuwah Islamiyah untuk para pegawai baru di sekolah ini mulai dari pegawai unit SD, SMP, SMA tak terkecuali security, catering, cleaning service serta bagian BMT. Pembekalan selama 4 hari terhitung dari tanggal 26, 27, 28 dan 30 Juli 2014. Materi yang diawali dengan tema orientasi niat & komitmen, dilanjutkan dengan materi excellence service, standar kualitas guru, kompetensi guru serta pemaparan ketrampilan kurikulum 2013 yang lebih melibatkan keaktifan kami dalam presentasi dan juga mengeluarkan pendapat.
Materi-materi pelatihan itu setidaknya sedikit menyadarkan posisi saya saat ini sebagai seorang pendidik. Dan sedikit memberi suntikan rasa percaya diri saya terhadap gelar Ustadzah yang melekat ketika berada di sekolah. Karena gelar itu cukup berat jika disandingkan dengan nama saya ketika berada di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sebab sejatinya saya banyak belajar dari sikap dan segala kebiasaan baik anak-anak di sekolah ini.
Saya tidak sabar menunggu hari Senin tanggal 14 Juli 2014. Hari itu adalah hari pertama saya berdiri di depan kelas murid saya yang asli (karena sebelumnya hanya sebagai guru yang menggantikan cuti dan guru pengganti/observer saja). Antara senang dan gugup, terlebih ada insiden dini hari yang hampir membuat saya kehilangan semangat untuk bertemu mereka. Tapi demi melihat wajah-wajah baru di kelas yang baru mereka tempati, saya tida tega dan akan sangat menyesal jika tidak mendapatkan ruang di hati para muris kesayangan saat hari pertama mereka masuk sekolah.
Canggung, karena saya masih belum menguasai medan anak-anak seumuran mereka, ditambah dengan kehadiran satu orang anak yang menangis karena tidak mau sekolah. Ooh what should i do? ._.
Ternyata memang tidak seseram yang saya bayangkan. Alhamdulillah hanya satu yang menangis tapi saya berharap mampu menyihir anak-anak untuk tetap memperhatikan saya walaupun dengan tambahan backsound tangisan itu. Syukurlah, jam demi jam saya telah terlalui dengan berbagai aktifitas, ekspresi, perasaan, keramaian hari itu. Harapan saya dan partner wali kelas saya di hari pertama adalah supaya memberikan kesan positif bersekolah untuk hari-hari berikutnya.
Hingga negara api menyerang dan mengubah segalanya. Iyaa. Di hari kedua kami sudah mendapatkan laporan bahwa ada seorang nanda yang dijahili temannya (sedikit usil atau minta perhatian ya). Saya sedih, ketika ditunjukkan oleh wali kelas sebuah tulisan dari wali murid karena nanda tersebut mengatakan, "Gini ya rasanya masuk SD, nggak enak." Walikelas saya langsung menanggapi dan mengonfirmasikan pada dua ananda yang bersangkutan.
Laporan demi laporan tentang nanda dari teman-teman yang lainnya mulai beragam. Ternyata nanda tersebut cukup mengkhawatirkan, setelah di-cross check ke orang tua adalah karena lingkungan sekolah nanda ketika TK kurang kondusif sehingga nanda bersikap seperti itu yang berbeda dari sekolah TK islam teman-teman lainnya. Itu masih menjadi catatan dan PR bagi kami sebagai team teaching di kelas sebab saat ini masih musim libur semester ditambah libur hari raya Idul Fitri.
Namun secara umum kami tetap melakukan tebar pesona selama seminggu sebagai guru mereka yang siap mendampingi sehari-hari di sekolah. Berbagai kegiatan orientasi sebagai aksi tebar pesona untuk mengenal mereka lebih dekat antara lain diawali dengan ta'aruf, membuat kartu nama, muterin sekolah, toilet training, pengenalan clean up(wudhu), membuat afirmasi ramadhan dan serangkaian acara pondok ramadhan selama 2 hari cukup untuk merefresh mereka yang baru memasuki sekolah baru setelah TK. Berbagai kegiatan pondok ramadhan yang dikemas dalam bentuk perlombaan diharapkan semakin menambah rasa sportifitas dan semangat berkompetisi.
Selama seminggu itu pula, saya merasa tidak hanya berusaha melakukan tebar pesona kepada anak-anak saja tetapi juga orang tua mereka sebagai wali murid. Karena anak-anak yang terbuka dan mempunyai kemampuan bahasa yang sudah terlihat, secara tidak langsung bercerita kepada orang tuanya tentang kejadian selama di sekolah. Orang tua juga mempunyai cara tersendiri dalam menyikapi setiap persoalan anaknya di sekolah. Saya benar-benar banyak belajar hal baru dalam berinteraksi dengan anak-anak maupun orang tua walau hanya dalam waktu seminggi itu. Semoga saya bisa menjadi pembelajar yang cepat untuk meningkatkan kemampuan saya baik di dalam kelas maupun di luar kelas, baik dengan anak-anak maupun dengan orang tua. Aamiin :')
Posting Komentar
Posting Komentar