Memperkuat Bonding Anak dengan Orang Tua di Tengah Kesibukan

9 komentar

Jika mengingat pandemi kemarin, kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Nah, beda dengan kondisi pasca pandemi yang mulai pulih aktivitasnya seperti biasa. Namun, seharusnya bukan menjadi pembenaran jika orang tua sibuk bekerja atau beraktivitas di luar rumah, lalu abai dengan kondisi anak.

Sebagai muslim, di dalam agama pun telah diatur urusan membangun keluarga. Dari dalam keluarga yang berkualitas dan harmonis itu, harapannya dapat memberikan dampak positif juga pada masyarakat. 

Di dalam keluarga seharusnya memiliki bonding yang kuat. Bonding merupakan ikatan emosional yang terjalin dengan baik. Adanya interaksi berkualitas dapat meningkatkan kekompakan, keharmonisan hingga terwujudnya sakinah, mawadah, warahmah.

mempererat bonding anak dengan orang tua

Ketika bonding anak dengan orang tua terjalin baik, tentu berpengaruh pada perkembangan anak. Anak akan mempunyai kesehatan mental dan fisik yang bagus.

Namun, tidak bisa dipungkiri, setiap keluarga pasti memiliki ujian masing-masing. Ada kesibukan atau kesalahpahaman yang membuat bonding anak dan orang tua menjadi renggang.

Padahal ketika anak berusia di bawah 7 tahun atau balita, orang tua harus membangun pondasi bonding yang kuat. Sangat disayangkan jika orang tua terlalu sibuk dalam urusan publik.

5 Tips Memperkuat Bonding Anak dengan Orang Tua

Dalam membentuk keluarga muslim yang sakinah mawadah warahmah agar bonding antar suami istri atau anak dapat kokoh, tentu mengacu pada Al Qur’an maupun hadits. Banyaknya metode parenting saat ini, harus membuat kita banyak menyaring dan memilah tanpa bertentangan dengan prinsip agama Islam. 

Berdoa memohon penjagaan dan kelembutan hati dari Allah

Dalam Islam, doa adalah senjata utama agar segala aktivitas mendapat berkah dan ridho Allah. Begitu juga dalam mendidik anak yang merupakan titipan dari Allah. Sudah seharusnya untuk berdoa memohon penjagaan, kelembutan hati dan keberkahan agar menjadi anak berbakti, sholih atau sholihah.

Apalagi kita ingin agar bonding dengan anak semakin kuat. Maka, kita harus semakin dekat dengan Allah agar hati kita menjadi lembut dan saling terpaut dengan anak. Salah satu doa yang bisa selalu kita panjatkan dapat merujuk pada surat Al Furqan ayat 74.

doa dikaruniai anak sholih al furqan ayat 74

Meluangkan waktu berkualitas bersama anak

Anak-anak membutuhkan tangki cintanya terisi, bukan sekadar materi hingga fasilitas tak terbatas. Jika kita biasanya meluangkan waktu bersama suami hingga ada me time khusus untuk nonton drakor sampai mencari referensinya di blog drama korea terbaru. Maka, kita juga wajib mempunyai waktu khusus untuk anak setiap hari. 

Ada yang menyarankan minimal meluangkan waktu bersama anak selama 15 menit. Namun, tentu saja disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Melakukan deep talk dengan anak sambil membaca buku atau ngemil bareng di rumah, pasti bisa dilakukan yaa. 

Alternatif aktivitas seru lainnya seperti mengajak anak berjalan atau bersepeda di sekitaran rumah sambil mengobrol. Harapannya, anak jadi merasa nyaman dengan kita dan bonding semakin erat.

Menumbuhkan dan menjaga fitrah keimanan anak

Anak terlahir dengan fitrahnya, maka sebagai orang tua harus berusaha menumbuhkan dan menjaganya. Di surat Al A’raf ayat 172 dijelaskan kita pernah bersaksi sebelum dilahirkan ke bumi, bahwa Allah sebagai Rabb.

fitrah anak lahir adalah suci

Maka, dimulai sejak usia 0 tahun, sebaiknya membangun imaji keindahan Allah lewat hal-hal di sekitar hingga usia 7 tahun. Kita buat anak kagum melalui ciptaan Allah dan keteladanan tentang indahnya islam. Tentu bukan hanya menciptakan momen menyenangkan, tetapi juga bermakna dalam kehidupan anak. 

Apalagi jika anak dikenalkan terlebih dahulu dengan teladan Rasulullah Saw agar menjadi tokoh favoritnya. Membacakan kisah dan sejarah Rasulullah pada anak, harapannya, anak mempunyai role model yang nyata. Karena bisa saja, nanti anak memiliki ketertarikan dengan tokoh kartun, Kpop, pemain olahraga, ilmuwan, dan sebagainya, setelah berinteraksi dengan teman sebayanya. 

Menurut Ust. Harry Santosa rahimahullah, fitrah keimanan bukan tentang seberapa banyak ilmu agama direkam dalam benak anak, tetapi seberapa kokoh keimanan anak melalui cintanya pada AlHaq.

Menjadi PR besar sebagai orang tua, bagaimana anak bukan hanya memiliki banyak hafalan, tetapi juga merasuknya ayat-ayat Allah dalam kehidupannya. Kita sebagai orang tua harus bisa menjadi teladan bagi anak.

Melibatkan anak dalam membuat keputusan

Ketika anak sudah mampu berkomunikasi dua arah, kita bisa membantunya berlatih dalam membuat keputusan. Mulai dari hal sederhana seperti memilih baju yang telah kita siapkan sebelumnya. 

Ketika anak bingung dengan keputusannya, kita bisa bantu diskusikan atau menjelaskan pilihan yang ada. Lalu, evaluasi pilihan yang terbaik menurut kita dan anak. 

Dengan memberikan kesempatan anak dalam membuat keputusan, kita membantunya untuk lebih percaya diri dan membangun rasa kemandiriannya. Anak akan merasa pendapatnya didengarkan. Setidaknya, hal tersebut dapat memperkuat bonding kita dengan anak melalui komunikasi dan berdiskusi. 

Menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang

Sebagai orang tua, banyak tantangan dalam mendidik anak. Salah satunya adalah tidak tersulut emosi ketika anak menunjukkan perilaku yang bisa memancing kemarahan kita. Tidak menunjukkan sikap kasar saat menegur kesalahan anak.

Selain itu, sebagai orang tua kita bisa menunjukkan cinta kepada anak. Bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan perasaan anak, misalnya anak suka kata-kata sayang, lembut, anak ingin ada pelukan, sesekali terlibat dalam aktivitas anak, dan sebagainya. 

Penutup

Sebagai orang tua, kita ingin mempunyai anak sholih/sholihah, berbakti, dan memiliki peran baik di masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, perlu ikhtiar dimulai dari memperkuat bonding anak dengan orang tua. Bisa dimulai sejak anak berusia dini. Semoga Allah membimbing kita sebagai orang tua dalam menjaga amanah yang telah dititipkan Allah. 

April Fatmasari
Assalamualaikum. Saya seorang ibu rumah tangga yang belajar menjadi blogger, penulis dan Canva designer. Memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, pengasuhan, literasi anak, terutama read aloud. Belajar berbagi memaknai kehidupan dengan tulisan. Jika ingin menjalin kerja sama, dapat dihubungi melalui april.safa@gmail.com

Related Posts

9 komentar

  1. Haturnuhun, ka April.
    Senang sekali membaca ilmu parenting mengenai bonding anak dengan orangtua. Rasanya seperti balapan dengan waktu karena fase anak-anak tidak lama. Jadi kudu bener-bener memanfaatkan waktu yang ada saat ini dan bersabar dengan proses yang dijalani.

    BalasHapus
  2. Jadi nggak ada alasan capek ya meski sibuk ternyata bangun bonding sama anak tetap harus dilakukan. Suka kelewat biasanya tuh yang bagian mendoakan anak. Fokusnya ke aktivitas padahal doa juga sangat penting.

    BalasHapus
  3. Walaupun anak saya sudah mahasiswa, saya masih tetap belajar parenting. Waktu cepat banget berlalu. Bonding anak dengan ortu sy telah terapkan sejak dini

    BalasHapus
  4. Membangun kedekatan antara anak dan orang tua ini penting banget ya Mbak? apalagi di era canggih gini, orang tua musti ekstra pengawasan.

    BalasHapus
  5. Makasih pengingatnya Mbak... Memang membangun bonding dengan anak tuh berasa harus diusahakan bener2 ya. Dan rasanya berpacu dengan waktu. Entah sampai kapan waktu kita di dunia ini untuk mendampingi anak-anak.

    BalasHapus
  6. Bonding dengan anak itu emang penting banget ya karena dengan adanya bonding yang terjalin maka ikatan anak dan orang tua menjadi sangat erat, saling membutuhkan satu sama lain.

    BalasHapus
  7. Betul, Mbak. Saya sering memasukkan nasihat ke anak justru pada saat kami sedang santai, sambil makan, nonton TV, dan semacamnya supaya bonding makin kuat. Terima kasih tips-tips parenting nya.

    BalasHapus
  8. makasih buat tulisannya mbak. jujur nih ada banyak hal yang aku masih kurang banget dalam memperkuat bonding sama anak ini jadinya serasa diingatkan lagi harusnya begini nih kalau sama anak

    BalasHapus
  9. Apalagi jaman sekarang ya mbak dimana terkadang anak maupun orang tua sibuk dengan gadget masing-masing sehingga melupakan bonding.

    BalasHapus

Posting Komentar