Upaya Pencegahan Bullying Dimulai dari Keluarga

7 komentar

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya 2355 pelanggaran pada perlindungan anak di tahun 2023 hingga bulan Agustus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus merupakan anak korban bullying. Itu yang tercatat ya. Bisa jadi, ada banyak kasus bullying yang tidak dilaporkan.

Tanggal 20 November merupakan hari anak dan hal itu mengingatkan tentang perilaku anak-anak saat ini yang seperti dianggap biasa. Salah satu perilaku tersebut adalah bullying. Mungkin saja ada yang menganggap hal tersebut sebagai lelucon. Padahal bisa menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan secara psikis atau fisik bagi korban bullying.

Upaya pencegahan bullying pada anak

Mengenal Bullying

Bullying atau perundungan merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh seorang atau sekelompok orang yang lebih berkuasa atau kuat. Tujuan melakukannya adalah menyakiti seseorang secara terus menerus. Bullying ini ternyata bisa terjadi di mana saja, seperti di rumah, lingkungan masyarakat, sekolah atau tempat belajar non formal bagi anak-anak. 

Sedih sekali dengan fenomena bullying anak dengan teman sebayanya. Belum lagi ada pemberitaan kasus bullying hingga merenggut nyawa korban. Sayangnya, kasus bullying terkadang seperti angin lalu. 


Secara psikologis, bullying dapat dipicu sikap-sikap negatif seperti perasaan iri, dendam, dan permusuhan antar anak/remaja. Dari sisi pelaku, biasanya bullying dilakukan karena kepercayaan diri mereka yang cenderung rendah. 

Bullying menjadi sarana si pelaku untuk mencari perhatian orang-orang di sekitarnya. Bagi pelaku, dengan mem-bully orang lain, mereka akan merasa puas, lebih kuat, serta menjadi lebih dominan. 

Tiara Diah Sosialita MPsi Psikolog, dosen Departemen Psikologi Universitas Airlangga

Bullying yang telah terjadi selama ini, bukan hanya kekerasan secara fisik secara langsung. Ternyata ada kategori bullying lainnya, seperti kekerasan fisik secara tidak langsung atau tidak, kekerasan verbal secara langsung atau pun tidak langsung, cyberbullying, hingga pelecehan seksual.

Dampak Bullying

Bullying memiliki dampak negatif bagi perkembangan anak. Dampaknya dapat mengancam setiap pihak yang terlibat, baik pelaku, korban, saksi, bahkan pihak lembaga atau sekolah dengan isu bullying secara keseluruhan.

Bullying dapat membawa pengaruh buruk bagi kesehatan fisik atau mental anak. Terlebih jika kasusnya berat, bullying dapat memicu tindakan fatal seperti bunuh diri dan sebagainya. Dari e-book Stop Perundungan/Bullying Yuk!, dampak dari bullying ada tiga kategori, antara lain:

Dampak bagi korban bullying

  • Korban bullying dapat merasakan sakit fisik atau psikologis yang dapat mengakibatkan gangguan jiwa seperti malu hingga trauma
  • Kepercayaan diri yang menurun dan dapat mengalami ketakutan interaksi sosial
  • Mempengaruhi prestasi akademik hingga menurun

Dampak bagi pelaku bullying

  • Pelaku bullying mempunyai rasa percaya diri, harga diri tinggi bahkan bersifat agresif, kurang bisa mengelola emosi. Para pelaku jadi merasa tidak ada risiko ketika melakukan kekerasan, agresi atau ancaman anak lain.
  • Saat dewasa,pelaku dapat berpotensi menjadi pelaku kriminal. Anak juga berpotensi bermasalah dengan sosialnya. 

Dampak bagi saksi bullying

  • Saksi cenderung merasakan tekanan pada psikologisnya karena mengalami perasaan yang tidak nyaman. 
  • Saksi juga cenderung merasa terancam bahkan dapat berpotensi menjadi korban selanjutnya. 

Bullying memiliki dampak negatif bagi anak-anak yang terlibat, baik pelaku, korban atau saksi. Perlu dilakukan upaya pencegahan agar bullying tidak menjadi suatu hal yang dianggap remeh.

mengenal dan memahami perasaan anak untuk pencegahan bullying

Upaya Pencegahan Bullying 

Biasanya orang tua antisipasi agar anak tidak menjadi target atau korban bullying. Namun, terkadang tidak menyadari bahwa mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying juga penting. Kasus tindak kekerasan harus menjadi perhatian serius bagi orang tua. 

Pencegahan bullying sebaiknya secara terpadu dan menyeluruh hingga sekolah dan masyarakat. Upaya yang pencegahan yang utama dimulai dari pribadi anak melalui keluarga.

Pencegahan melalui anak

Pencegahan bullying bisa dimulai dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar mampu deteksi awal kemungkinan terjadinya bullying. Dari situs paudpedia.kemdikbud.go.id, ada 3 hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

  1. Katakan: Anak perlu diberi pemahaman untuk membela diri secara verbal dan memberikan respon dengan suara tenang, tetapi tegas, seperti “Jangan ganggu aku.”
  2. Hindari: Anak perlu diberi pemahaman untuk menghindari tindak kekerasan dan bullying.
  3. Laporkan: Anak perlu diberi pemahaman supaya berani melaporkan kejadian bullying yang dilihat kepada orang tua atau guru.

Pencegahan melalui keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama anak sebelum berinteraksi dengan dunia luar. Maka, orang tua perlu menciptakan lingkungan yang jauh dari tindak kekerasan sebagai pemicu bullying. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam mencegah terjadinya bullying pada anak, antara lain:

  1. Menumbuhkan fitrah anak sesuai dengang ajaran agama sesuai Al Qur’an serta Hadits bagi yang muslim
  2. Menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini melalui teladan dan interaksi sehari-hari dengan belajar memahami emosi serta perasaan anak.
  3. Membangun rasa percaya diri, keberanian, ketegasan anak hingga kemampuan sosialisasinya.
  4. Mengajarkan adab sopan santun terhadap sesama dan memberikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan.
  5. Mendampingi anak dalam menggunakan media elektronik seperti televisi, handphone atau perangkat elektronik lain yang tersambung dengan jaringan internet. 

Penutup

Tindakan bullying cukup mengkhawatirkan dan meresahkan. Sebagai orang tua, kita bisa melakukan pencegahan anak tidak menjadi korban apalagi pelaku bullying. Pencegahan tindakan bullying memerlukan sinergi berbagai pihak. Hal yang paling penting dari pencegahan bullying bermula dari lingkungan keluarga. 

April Fatmasari
Assalamualaikum. Saya seorang ibu rumah tangga yang belajar menjadi blogger, penulis dan Canva designer. Memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, pengasuhan, literasi anak, terutama read aloud. Belajar berbagi memaknai kehidupan dengan tulisan. Jika ingin menjalin kerja sama, dapat dihubungi melalui april.safa@gmail.com

Related Posts

7 komentar

  1. Tanpa sadar ternyata dulu saat masa sekolah aku adalah pelaku bullying terutama verbal. Sekarang anakku lagi kena bullying fisik. Ya Allah, pendidikan bullying sepertinya lebih baik masuk kurikulum aja deh 🥺

    BalasHapus
  2. Baik korban maupun pelaku bullying, sama2 berdampak buruk dalam kehidupannya sampai nanti. Terutama si korban jelas sekali perundungan ini berefek ke batin yang akan selalu menghantui. Dibutuhkan dukungan keluarga, sekolah hingga masyarakat dan sanksi yang jelas dari pemerintah/hukum jangan sampai hal ini terulang kembali.

    BalasHapus
  3. Yang harus diperhatikan juga bagi orang tua, kadang tidak sadar bahwa orang tua bisa jadi pembully anak di rumah karena merasa itu kan anaknya jadi ya bebas mau ngomong apa meski sebenarnya menyakiti anak. Ditambah lagi anak nggak boleh membantah dan harus nurut apa kata orang tua.

    BalasHapus
  4. Kalau baca kasus-kasus bullying ngeri yah kak, ya ampun aku punya anak jadi was-was gitu deh.. mesti wajib ini yah pencegahan dari anak dan keluarga. Semoga anak2 kita terhindar dari mara bahaya seperti bullying ini yah aamiin

    BalasHapus
  5. Sejujurnya yaa, aku ngerasain banget perbedaan anak sekarang dan anak dulu ketika menjalin pertemanan. Anak sekarang apalagi terpengaruh dengan tontonan dan kurangnya komunikasi dengan orangtua, cenderung menjadi anak yang meluap-luap dan tidak bisa menyalurkan emosinya secara baik. Jadi cenderung menyakiti sekitarnya dan merugikan orang lain.

    Sedih banget.
    Tapi yang kudu dikuatin adalah anak-anak kita sendiri agar bisa berpikir cepat dan tepat ketika berada atau berhadapan dengan situasi bullying seperti ini.

    BalasHapus
  6. Sekarang ini di sekolah sekolah sudah dibentuk team anti buliying, semoga ada ngefek ya kak, suka takut saja dengan perangai anak anak sekarang, apa lagi kadang jika ditegur, ayah ibunya gak terima, ikut tantrum pula

    BalasHapus
  7. Iya nih
    Kadang orang tua gak sengaja suka bullying ke anak apalagi kalau anak berbuat salah
    Sering membandingkan saja dengan saudaranya itu juga bullying halus yang bisa terus menerus dan menyakiti perasaan anak
    Semoga orang tua paham dan mau mencegahnya

    BalasHapus

Posting Komentar