Belajar Mengatasi Overthinking Saat Menjadi Ibu Baru

Dikaruniai buah hati setelah penantian satu tahun, membuat saya bersyukur dan bahagia. Namun, di balik rasa itu, ada keraguan tentang kemampuan diri dalam menjaga amanah tersebut. Terlebih lagi, saat memutuskan menjadi ibu rumah tangga, jika sebelumnya pernah bekerja. Mengatasi overthinking menjadi salah satu PR agar tidak berlarut pada situasi yang kurang berdaya.

Sebagai ibu baru, berbagai pikiran rasanya berputar dan saling mendominasi. Kecemasan, ketakutan hingga mengurangi rasa percaya diri. Akibatnya, saya merasakan kualitas hidup yang mulai terganggu. 

belajar Mengatasi overthinking saat menjadi ibu baru

Ibarat ada balon-balon pertanyaan yang berterbangan di atas kepala. Lalu ragu dan mempertanyakan kemampuan diri sendiri. 

Apa bisa melakukan? 

Sanggupkah melakukan?

Bagaimana kalau gagal?

Yah, dari beberapa pertanyaan di atas, terlihat kalau fokus berpikirnya pada permasalahan. Thinking sendiri memiliki arti berpikir. Nah, kalau overthinking berarti berpikir yang over alias berlebihan dan berputar pada suatu masalah. Hal itu berbeda dengan sikap hati-hati dalam mengambil keputusan. 

Jika sering mengalami overthinking, tentu tidak baik bagi kesehatan fisik dan mental. Waktu bisa terbuang sia-sia. Cenderung berada dalam kecemasan diri.

Mengapa Mengalami Overthinking?

Penyebabnya memang tidak diketahui secara pasti. Namun, saya teringat pernah mendengar dan mencatat penjelasan dari Mbak Hana Izzatul Jannah, S.Psi, seorang CEO opia.indonesia, saat Instagram live bersama komunitas_bunda 1011. Beberapa hal seseorang mengalami overthinking karena hal berikut:

Merasa pesimis dengan kejadian di masa depan

Kadang kita (saya) merasa khawatir dengan hal-hal yang belum pernah dilakukan. Ya, memang belum pernah pengalaman menjadi ibu. Namun, bukankah kita akan berpengalaman, setelah melakukan langkah pertama? 

Overthinking terlalu berkutat pada masalah. Seharusnya untuk menghadapi masa depan, berfokus pada strategi persiapannya. Bukan malah berputar pada permasalahan. 

Terlalu perfeksionis

Perfeksionis itu bagus, karena akan melakukan suatu hal semaksimal yang dimampu. Namun, terkadang terlalu perfeksionis juga tidak baik. 

Seperti kita tahu, bahwa kesempurnaan adalah milik Allah. Lagi pula, anak tidak butuh ibu yang sempurna, karena anak butuh ibu yang terus mau berbenah dan belajar.

Terlalu sering memendam perasaan atau permasalahan

Saat mempunyai masalah dan dipendam sendiri, kadang membuat pikiran kalut.  Akibatnya terjadilah overthinking. 

Meski terkadang, ada juga saat bercerita masalah ke orang lain, malah terjadi overthinking. Sehingga, perlu bagi kita untuk bercerita atas permasalahan yang dimiliki, pada orang yang tepat. 

Berada pada lingkungan yang overthinking

Nah, ini berkaitan dengan poin sebelumnya. Jika berada pada lingkungan orang yang overthinking, maka hal itu akan menular juga pada kita. 

Padahal sebagai ibu baru, kita membutuhkan support system yang baik agar dapat fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol sendiri. Bukan malah fokus hal-hal yang di luar kendali kita. 

Sungguh kompleks ya, hal-hal yang memicu overthinking pada ibu baru. Padahal, ibu memiliki peran penting dalam home education centre alias rumah. Coba kita cek sendiri, adakah overthinking sering hinggap dalam pikiran kita? 

Apa Ciri-ciri Overthinking? 

Overthinking ini bisa terjadi pada siapa pun. Terkadang, tidak menyadari juga saat overthinking. Nah, ciri-ciri mengalami overthinking adalah sebagai berikut:

Berkutat pada memikirkan sesuatu secara berlebihan

Memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah, kesalahan atau kekurangan diri secara berlebihan. Hal itu dapat berakibat sesuatu yang buruk terjadi berulang kali. 

Sering sulit mengambil keputusan

Saat ragu-ragu atau fokus pada masalah, akan membuat sulit mengambil keputusan. Hal itu juga dapat berakibat membuang banyak waktu sia-sia. 

Terlalu berlarut menyalahkan diri sendiri saat salah

Salah satu tanda sedang mengalami overthinking adalah sulit move on. Apalagi saat langkah yang diambil salah, bukannya belajar dari kesalahan, tapi malah sibuk berandai jika mengambil keputusan yang berbeda. 

Bagaimana Mengatasi Overthinking Saat Baru Menjadi Ibu? 

Sebelum overthinking menyulap ibu baru menjadi pemain reog, maka kita perlu menjaga mental yang sehat agar dapat mengatasi overthinking. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

Tenangkan hati dan pikiran dengan beribadah

Pendekatan secara spiritual akan sangat membantu atasi overthinking. Berdoa, shalat atau sedekah bisa menjadi jalan pembuka keluar dari rasa overthinking. Memang tidak mudah, untuk berpasrah atas masalah kekhawatiran yang terjadi pada kita. Kita hanya perlu menyakini bahwa Allah pasti mempunyai hikmah terbaik dalam setiap kejadian hidup. 

Mencari tahu dan memahami pemicu overthinking

Saat sudah mengetahui pemicunya, kita akan bisa lebih bijak dalam mengontrol diri. Bukan hanya terfokus pada masalah, tapi kita perlu membuat rencana saat hal tersebut memang terjadi. 

Misal, merasa khawatir dengan anak yang rewel, menangis saja. Maka kita perlu antisipasi atau mengetahui hal yang perlu dilakukan saat anak mulai menangis. Apakah haus, perutnya kembung, kedinginan, kepanasan dan sebagainya. Atau mungkin kita perlu seseorang yang dapat membantu merawat anak yang masih bayi. 

Mungkin juga khawatir dengan pendidikan anak ke depannya. Mumpung anak masih bayi,  kita perlu persiapan untuk pendidikan anak nantinya. Apalagi saat memutuskan anak untuk sekolah formal atau non formal. Dengan begitu, kita akan fokus menemukan solusi, mencari referensi sekolah atau membaca blog homeschooling.

Tidak berlarut pada penyesalan

Saat baru menjadi ibu, perlu adaptasi berbagai hal yang mungkin belum pernah dibayangkan. Ketika merasa salah dalam mendidik anak, kita akui perasaan menyesal itu. Namun, kita tidak perlu berlarut dalam penyesalan. Saatnya bangkit dan bertindak untuk belajar dari kesalahan agar tidak mengulangi kembali. 

Melakukan aktivitas positif yang memberdayakan

Agar tidak berkutat pada overthinking, kita perlu melakukan suatu hal lain yang lebih positif. Bisa dibilang itu pengalihan, agar pikiran dan waktu lebih produktif. Bukan hanya berfokus pada hal yang dapat memicu overthinking.

Penutup

Khawatir atau cemas merupakan hal yang wajar dan manusiawi dirasakan kan? Namun, jika terus-menerus tentu tidak baik untuk kesehatan mental atau pun fisik. 

Ketika merasa tidak mudah menjalani, mungkin butuh berbagi cerita pada orang terpercaya atau berkonsultasi pada tenaga profesional. Saatnya ibu baru untuk mengatasi overthinking agar lebih bahagia menjalani hari-hari dengan kehadiran buah hati dan dukungan suami. 

April Fatmasari
Assalamualaikum. Saya seorang ibu rumah tangga yang belajar menjadi blogger, penulis dan Canva designer. Memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, pengasuhan, literasi anak, terutama read aloud. Belajar berbagi memaknai kehidupan dengan tulisan. Jika ingin menjalin kerja sama, dapat dihubungi melalui april.safa@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar