Hijab! :')


“Bu, nanti aku pingin cantik kayak kakak yang pakai jilbab itu.”
Ibu masih mengingat kata – kata yang keluar dari mulut putri kecilnya saat masih SD dan saat ini ibu berusaha untuk membangkitkan memori ketika aku melontarkan kata – kata itu.
Aku hanya diam, saat ibu memberikan sedikit ‘ceramah’ untuk menutup auratku dengan jilbab. Seminggu lagi adalah pendaftaran masuk SMA, ternyata ayah dan ibuku telah merencanakan membelikanku seragam lengan panjang dan rok panjang. Ibu juga membelikan baju baru kaos panjang, rok dan hem ukuran besar.
“Segitunya ayah sama ibu, aku belum mau pakai jilbab. Aku masih ingin seperti teman – teman lain yang belum pakai jilbab. Tapi aku memang tidak punya alasan kuat untuk menolak memakai jilbab karena aku memang tahu perintah-Nya,” gumamku.
Aku tahu perintah menutup aurat bagi wanita yang sudah baligh hukumnya wajib. Tapi masih ada yang menyelimuti hatiku untuk tidak ingin menggunakannya. Jika bukan karena paksaan orang tua, mungkin sampai saat ini aku tidak malu untuk memperlihatkan rambut dan lekuk tubuhku.
Selain orang tua, kakak laki – lakiku juga mempunyai andil besar dalam pengubahan mode bajuku. Saat SMA kakak aktif di organisasi keislaman, otomatis kakak juga sebagai salah satu pencetus yang menggerakkanku untuk berjilbab.
Ternyata orang tuaku masih memberikan dispensasi tidak berjilbab pada tiga hari MOS SMA. Teman – teman sekelasku MOS, mengenalku sebagai April yang memiliki rambut panjang seperti di iklan ‘cuma pakai shampoo’. Hari pertama masuk kelas setelah MOS, belum banyak teman yang aku kenal sehingga mereka tidak heboh melihat penampilanku yang berbeda dari biasanya. Benar dugaanku, teman – teman SMP heboh dan kaget melihat penampilanku.
“Wah, April tambah cantik. Cocok. .”
“Wih April taubat ya, alhamdulillah.”
            “Kok tiba – tiba pakai jilbab? Sudah sadar nih?”
            “Ini pakai jilbab seterusnya atau cuma waktu sekolah aja?”
            Mereka sudah seperti wartawan yang sedang memburu berita terhangat seorang artis, heboh, berisik, lucu tapi ada yang menyebalkan juga.
            Aku hanya menjawab dengan enteng,”Belum tahu ya, lihat saja nanti. Waktu yang akan menjawab. Doakan yang terbaik, kalian kapan mau nyusul hayo??”
            Beragam pernyataan dan pertanyaan mulai keluar dari mulut masing – masing. Intinya mereka, tunggu waktu yang tepat untuk mengubah diri. Hmm, sepertinya aku telah menemukan waktu itu.
***
           
Saat SMP, aku punya sahabat dekat yang duduk sebangku denganku selama 1,5 tahun kemudian dia pindah ke Jakarta. Malam ini, aku hanya ingin mendengar suaranya dari seberang kota sebagai pelepas rasa rindu seorang sahabat yang tidak bertemu selama 6 bulan. Tiba – tiba Risa –nama sahabatku- mengatakan,”April, aku sudah pakai jilbab lho mulai dari hari pertama MOS. Kamu gimana? Masih ingat sama janji kita kan?” meskipun aku tidak melihatnya, aku bisa membayangkan senyumannya melalui suaranya yang renyah.
            Dia mencoba membuka kembali ingatanku akan janji tulus bahwa SMA nanti kita akan berjilbab. Aku pun menjawab, “Wah Risa sudah ya? Aku juga tapi baru hari ini, saat MOS aku belum pakai Sa. Alhamdulillah, banyak temen sekelas SMP kita dulu kaget lho.” Pembicaraan pun mengalir tentang hari pertama MOS, keadaan sekolah Risa di Jakarta, teman – teman baru dan sedikit mengulas masa lalu di SMP. Pembicaraan hanya berlangsung beberapa menit, seakan besok akan bertemu.
            Risa udah pakai jilbab, aku juga pakai terus ah. Malu sama janji yang dulu dong.
            Apapun bisa dijadikan alasan untuk memulai berjilbab, tinggal bagaimana memoles niatan itu dengan menjadikan Allah sebagai alasan untuk berjilbab.
***

            Pasti ada jalan di setiap keinginan yang baik. Memang niat awalku berjilbab bukan semata – mata menjalankan perintah Allah tapi seiring dengan bertambahnya umur dan sesekali mengikuti kegiatan keislaman, timbul dorongan untuk berubah menjadi lebih baik.
            Terbukanya hati kita untuk menjalankan perintah Allah terutama kewajiban berhijab bagi kaum muslimah memang datangnya dari Allah. Bagaimana membuat diri kita sadar, tergantung dari usaha kita untuk membuka mata batin kita.
            Siapa bilang dengan berjilbab tidak bisa bergaul? Bisa! Batasan aturan cowok cewek juga sudah jelas, tinggal pintar – pintar menjaga hati dan pandangan.
            Siapa bilang dengan berjilbab tidak bisa mengikuti mode? Bisa! Asalkan tetap sesuai dengan syariat Islam yaitu pakaian longgar, tidak terawang dengan jilbab menutup dada.
            Siapa bilang dengan berjilbab tidak boleh pakai kosmetik? Boleh! Asalkan dibersihkan saat berwudhu.
            Sebanyak apapun peraturan itu, pasti ada hak – hak yang bisa didapat dari peraturan itu. Terlebih peraturan dari Sang Maha Mengatur.

April Fatmasari
Assalamualaikum. Saya seorang ibu rumah tangga yang belajar menjadi blogger, penulis dan Canva designer. Memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, pengasuhan, literasi anak, terutama read aloud. Belajar berbagi memaknai kehidupan dengan tulisan. Jika ingin menjalin kerja sama, dapat dihubungi melalui april.safa@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar