Fokus pada Kekuatan Anak, Bukan Kelemahannya

Anakku kok belum bisa ini ya? Padahal si A usia anaknya lebih muda tapi sudah lancar banget. Anakku masih kurang capaian itu. Tetapi sekilas melihat anaknya bisa cepat banget menyesuaikan. Anakku kok suka bercerita, padahal aku ingin dia pandai berhitung atau analisa. Padahal sudah diberikan pelajaran tambahan. Kalau mau cari 10 perbedaan untuk membandingkan anak, bisa panjang ceritanya kan? Terkadang, kita tidak mencoba fokus pada kekuatan anak, tetapi lebih memperhatikan kelemahannya.

Teringat dengan permisalan dari Ibu Septi Peni Wulandani tentang meninggikan gunung, bukan meratakan lembah. Itu bukan hanya berlaku pada orang dewasa,tetapi juga untuk anak. Sebagai orang tua, bukan hanya melihat pada sisi kekurangan. Rasanya jleb banget dan menjadi pengingat untuk pribadi.

Fokus pada kekuatan anak

Kita sendiri sebagai orang dewasa, pasti malas kalau ada yang membandingkan dengan lainnya. Sebetulnya perasaan anak juga sama seperti itu, hanya saja, mungkin belum bisa menyampaikan. Heu. Tapi bisa jadi, perkataan kita sebagai orang tua akan membekas dalam ingatan anak, apalagi jika dilakukan berulang.

Fokus pada Kekuatan Anak

Dengan fokus pada kekuatan, sebetulnya kita meyakini bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda, baik secara fisik maupun sifat. Dijelaskan dalam surat Al Hujurat ayat 13, "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." Lalu bagaimana caranya supaya kita bisa lebih perhatian pada kekuatan potensi anak?

1. Meyakini bahwa Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya

Ini lebih belajar tentang bab syukur. Bagaimana supaya tidak mendzolimi anak dengan membandingkan kelemahan yang dimiliki.

2. Fitrahnya manusia memiliki kelebihan dan kekurangan

Manusia pasti mempunyai kekurangan tapi bukan menjadikan itu sebagai senjata untuk menjatuhkan. Aku pernah dengan istilah dari talent mapping tentang fokus pada kekuatan, siasati kelemahan. 

3. Menggali dan mengamati aktivitas yang menjadi potensi kekuatannya

Ini sudah pernah aku tuliskan di postingan sebelumnya. Ada hal-hal yang bisa menjadikan aktivitas anak, InsyaAllah berbuah produktivitas.

Setiap anak adalah unik. Jangankan anak teman atau tetangga, sesama saudara kandung saja pasti berbeda, mempunyai keistimewaan sendiri. MasyaAllah, maha besar dan maha kuasa Allah yang menciptakan. Supaya lebih fokus pada potensi kekuatan anak, perlu mengamati dan memfasilitasi sejak dini dengan ragam aktivitas yang sesuai tumbuh kembangnya.

Observasi Potensi Kekuatan Anak

Di tantangan hari ke-9, zona 8 bunda sayang, institut ibu profesional, Hizbi melakukan ragam aktivitas. Dimulai dari aktivitas sosialnya, bertemu saudara yang masih tetangga. Kemudian masih spontan melakukan membaca buku, aktivitas fisik dan bermain peran. 
Lalu, sebagai aktivitas penunjang dari pre school Al Kindi, Hizbi melakukan practical life menjepit baju di tali. Melihat Hizbi, tertantang melakukannya, meski sempat gemas karena belum tepat. Tapi Alhamdulillah, good job. Hizbi berhasil menaklukan kekesalannya.

Tantangan terbesar bagi orang tua sepertiku ini, menginterupsi aktivitas anak. Membiarkan eksplorasi, tidak terburu berkomentar, menyalahkan. Huhu, harus bersabar karena lagi-lagi teringat pesan kepala sekolah Al Kindi yaitu Mbak Melinda Nurimannisa bahwa yang hal yang tak boleh luput dari perhatian adalah prosesnya, bukan hanya hasilnya. Semoga kita termasuk orang tua yang peka dan fokus pada kekuatan anak, bukan perhatian pada kelemahannya.

April Fatmasari
Assalamualaikum. Saya seorang ibu rumah tangga yang belajar menjadi blogger, penulis dan Canva designer. Memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, pengasuhan, literasi anak, terutama read aloud. Belajar berbagi memaknai kehidupan dengan tulisan. Jika ingin menjalin kerja sama, dapat dihubungi melalui april.safa@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar