Tamu Istimewa

Kehadiran anak di rumah tentulah persetujuan Allah dari permohonan orang tua. Seperti istilah dari Cikgu Okina Fitriani, anak adalah tamu istimewa. Jika biasanya tamu pada umumnya hanya menginap beberapa hari, berbeda dengan yang satu ini. Mereka bisa ikut tinggal selama belasan bahkan puluhan tahun. Apakah akan berat membersamainya? Bisa jadi. Lelah? Pasti.

Tapi kabar baiknya, tamu inilah yang kelak menjadi penolong juga di hadapan pengadilan tertinggi Sang Pencipta, mengaliri amal jariyah yang tak terputus untuk orang tuanya. Hingga menghadiahi mahkota surga seperti yang telah dijanjikan oleh Allah. Jangan sampai kehadirannya di rumah, kita sia-siakan.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan. (QS At-Tin ayat 5)

Dari ayat tersebut, orang tua yang menerima anak sebagai tamu istimewa, diminta untuk merenungi. Bagaimana pun kondisi fisik dan psikis anak yang terlahir dari rahim ibu, itu adalah karya agung Allah. Sebab Sang Pencipta tidak pernah membuat produk-produk gagal, tapi diujilah kesabaran orang tua sebagai pengemban amanah ini. Maka diperlukan usaha yang maksimal juga saat menyambut kedatangannya. 

Lalu pentingkah persiapan orang tua untuk menyambut kehadiran anak? Tentu saja. Kira-kira apa yang harus orang tua lakukan di awal?

Menjadi orang yang akan mengasuh anak dalam keseharian, kita diharapkan mencoba bersungguh-sungguh memerankan posisi ayah dan ibu yang seimbang. Seperti di tulisan sebelumnya, keseimbangan ayah dan ibu. Karena berawal dari pola pikir orang tua memandang sosok anak, potensi istimewa mereka akan muncul dan berkembang.

Dan bagaimana usaha orang tua supaya potensi mereka berkembang?

Menurut Munif Chatib dalam bukunya Orang Tuanya Manusia, kita perlu menganggap bahwa anak ibarat bintang yang bersinar. Artinya ketika orang tua menyalakan ‘tombol’ on dalam benak anak bahwa mereka adalah bintang, maka anak akan menjadi bintang. Begitu juga sebaliknya, saat orang tua mematikan 'tombol' bintang ini, maka seakan anak diberi lapisan penghalang dengan anggapan  tidak mempunyai potensi apa pun.

Kita perlu memberi perlakuan istimewa supaya potensinya bersinar. Apa saja perlakuannya? Orang tua diharapkan menemukan keunikan anak, tidak hanya dari sisi akademis saja, bisa saja dari kepribadian dan sosialisasinya. Karena di setiap kelebihan, ada kekurangan. Di dalam kekurangan, maka di sana terletak keistimewaan.

Kemudian berikan apresiasi pada kelebihan anak untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya. Bisa dengan komunikasi verbal atau non verbal seperti senyuman, pelukan dan lainnya. Selanjutnya tugas orang tua mengembangkan potensi tersebut. Dan terakhir yang terkadang orang tua tidak sadar melakukannya adalah membandingkan anak. Padahal, setiap anak itu unik dengan keistimewaannya sendiri, kita tidak perlu membuat standar yang sama antara anak kita dengan lainnya.

#30dwc #30dwcjilid12 #day19 #squad4 #keluarga


April Fatmasari
Assalamualaikum. Saya seorang ibu rumah tangga yang belajar menjadi blogger, penulis dan Canva designer. Memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, pengasuhan, literasi anak, terutama read aloud. Belajar berbagi memaknai kehidupan dengan tulisan. Jika ingin menjalin kerja sama, dapat dihubungi melalui april.safa@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar